Selasa, 31 Desember 2013

Buket Bunga Pagi

Aku dan Naila. Brian, itulah aku.
Teman-teman ku disekolah mengenal ku sebagai Brian yg sok jagoan, Playboy, bandel, badung dan suka sembrono. Buatku tak apa, mereka tak mengenalku lebih jauh.

Ya memang aku adalah Brian yg Playboy itu dulu.
Aku dan Naila bertemu tidak sengaja.
Perpustakaan itulah tempat dimana aku melihatnya pertama kali.
Gadis ini terlihat rapuh dan ringkih namun cerewet dan periang sekali.
Jujur, aku tidak suka mengunjungi fasilitas di sekolah ku untuk yg satu ini.
Buatku perpustakaan membosankan, dimana tersusun rak buku penuh tentang segudang hal hal yang bikin kepala ku ngejelimet liatnya.
Dan belum lagi ada rak yg khusus untuk novel remaja.
Halah cengeng! novel yg isinya cinta tentang remaja yg ujungnya ketebak.
Happy ending bisa jadian atau sad ending ditinggal mati.

Kenapa aku bisa disini?
ceritanya karena iseng ngerjain guru bahasa indonesia yg merangkap juga sebagai tukang jaga perpustakaan.
niat iseng yg tadinya aku anggap akan membuatku tertawa
malah membuat ku pusing sendiri akan hukumannya.
aku mungkin sudah biasa dengan hukuman membersihkan wc atau berlari keliling lapangan
tapi yang ini sedikit membuatku bingung
baru kali ini aku mendapatkan hukuman membuat ringkasan novel beserta kesimpulannya atau jika tidak aku akan di tidak ikut sertakan dalam ujian akhir sekolah nanti, hah? karena bahasa indonesia doang aku yang sudah kelas 3 SMA ini harus mengulang 1 tahun lagi nanti? jelas tidak! makanya aku bersedia walau dengan berat hati harus begini.

suasana disitu tampak sepi
aku hanya melihat gadis ringkih itu duduk sendiri di pojok memegang buku novel yg entah mengapa membuat dia agak sedikit tertawa cekikikan.
aku mencoba mencari di salah satu rak kumpulan novel-novel remaja.
akhirnya aku memutuskan 1 novel untuk mengerjakan hukuman sial ini.
"Buket Bunga Pagi"
begitulah bunyi judul novel ini.

Aku coba mencari tempat yg nyaman buat ku memulai hal yg membosankan ini.
oke sudah aku tentukan aku akan duduk didekat jendela saja.
15 menit berlalu, aku masih saja membaca bab 1 bagian novel itu.
"Ah elah harus mikir keras kaya gimana lagi, sial sial" gumamku.
tak lama kemudian gadis itu berteriak, aku sedikit terlonjak kaget karena sedang serius seriusnya.
 "Ih.... rupanya Buket Bunga Pagi di pegang sama kakak nyaaa, pantesan nai cari tadi gak nemu-nemu"
 Aku bingung dan menatap aneh dia, kenapa novel ini dia cari? dan apakah dia akan merebut novel ini setelah 15 menit aku berfikir keras dan memulai menyusun ide ringkasan?
"emang kenapa? lo mau minjem?" sinis ku.
"iya kakak, kata temen aku yg udah baca ini katanya sih ini novel seru" ucap gadis itu
"seseru apaan?"  sedikit ku memancing agar setidaknya aku tau sedikit dari isi novel ini.
"ah seru deh, cerita nya nanti cowonya meninggal gitu ninggalin sahabatnya, padahal sahabatnya itu udah sayang sama dia bgitu kata temen aku sih ka" ungkapnya detail, hemmm bisa mungkin ini gadis aku manfaatkan untukk tugas ini, ya kalo diliat-liat gadis ini lumayan cantik lah, bisa lah buat dimanfaatin gak malu-maluin.
"oh nama lo siapa sih?"
"aku Naila ka, slam kenalll yaa, kalo kakak namanya siapa? kakak kelas berapa? Kok disini sendirian aja sih? Tumben loh ada anak laki yg mau main ke perpustakaan terus baca-baca novel teenlit gini" cerocos nya.
"Buset ngomong kayak kereta, cepet amat, nanya kayak wartawan, detail banget" jawabku.
"ahahhaa maaf ka, kakak kenapa disini sendiri? mau minjem novel ini juga? yah yaudah deh kalo kakak mau minjem aku minjemnya abis kakak aja karena kakak duluan yg nemuin" jawabnya lagi lebih panjang, benar-benar cewek cerewet fikir ku.
"gua Brian, gua disuruh bikin ringkasan novel ini sendirian, ya karena gua ini gak terlalu pinter kemungkinan lo buat minjem nih novel ya bisa nunggu ampe 5 bulan kedepan lah" jawabku lagi.
"hemmm... kok ampe 5 bulan, lama banget ya.. gimana ya, yaudah deh ka Nai coba bantu buatin ringkasin ini novel deh ya biar bisa cepat kelar, gimana?" tawarannya ini benar benar membuatku tergiur.
"Ya udah, tolongin gua dah, gua gak paham buat bginian" tukasku. Nai setuju, dan akhirnya gue malah membabi buta ngasih semua pekerjaan ini ke dia tapi dia menerima dengan senang hati, dia berjanji kalau dia sudah menyelesaikan setiap ringkasan satu bab dia akan memberikannya padaku disekolahan. YUHUUU aku setidaknya bisa bernafas lega tidak usah terlalu memikirkan ini.

Keesokan harinya aku bertemu lagi dengan Naila tidak sengaja didepan pintu kelasnya saat aku iseng berjalan-jalan di lorong membolos pelajaran.
aku melihat dia berdiri dengan tangan menjewer telinganya sendiri dan kaki terangkat satu.
aku melewatinya dan dia tertunduk malu.
"ngapa disini lo nai? harusnya lo itu lebih baik gunain nih waktu buat selesaikan ringkasan novel gua"
"Maaf ka, Nai lagi dihukum" jawabnya
"kenapa dihukum? bandel lo? sama aja kayak gua" tanyaku ingin tahu
"Nai gak bawa pr kimia, ketinggalan"
"Oh urusan gampang, udah turunin kaki ama tangan lo"
Naila bingung melihatku, tampangnya seperti sedang menghujani ku seratus satu pertanyaan.
aku lalu meminta izin masuk ke kelas nya, aku bertemu dengan pak Hari guru kimia Naila.
aku menjelaskan bahwa Naila tidak salah, tapi aku lah yg membuat naila tidak membawa pr nya, aku bilang aku salah membawa buku Naila kemarin saat ingin meminjam buku tulisnya tentang biologi yg akan aku pelajari untuk bahan Ujian Nasional nanti. semua seperti dugaanku, walau aku harus dimarah-marahi pak Hari dulu Naila akhirnya berhenti dihukum, dia duduk kembali di bangkunya dan tersenyum melihatku. Aku hanya terdiam, kenapa aku seperti kaku, lalu aku melangkah keluar kelas. Indah.

Keesokan harinya saat aku sedang bercanda dengan kawananku dikelas, Naila datang menghampiri dengan santai tanpa canggungnya dia memberiku sebuah buket bunga kecil yg lucu dijadikan gantungan hiasan coklat Silverqueen berukuran besar. Aku tercekat.
"kakak ini buat kakak biar gak bandel ya"  serunya padaku, lalu dia melangkah pergi dari kelasku dengan santainya.
teman-teman hanya bisa menggodaku, aku hanya bilang "elah kacung gua doang, anak kecil broh"
mereka tertawa.
seraya coklat itu kumasukan kedalam tas, aku kembali bercanda dengan kawanan ku.


Sesampainya dirumah aku membuka coklat itu dan kutaruh buket bunga itu secara sembarangan di meja belajar ku.
aku melahap habis coklat itu, aku berfikir lumayan juga nih cewek banyak manfaatnya.

 Aku baru saja putus dengan pacarku, namanya sheila. Berhari-hari aku tidak peduli padanya, aku cuek dan akhirnya dia sendiri yg gelagapan dan meminta berpisah, ya aku selama menghilang darinya memang sedang berkomunikasi dengan mantan pacarku, aku hanya jalan berdua dengannya. ya tentu saja mantanku yg membayar semuanya, ah ngapain bikin rugi diri sendiri iyakan? lagi pula yg terlalu sayang itu mantanku ini bukan aku, begitulah wanita. Selalu terlalu gampang menyayangi cowok yg belum terlalu ia kenali lebih dalam, disenengin dikit udah bilang "Aku sayang banget sama kamu sampai nanti". Aku tidak terlalu memakai perasaan, buat ku ini hanya untuk senang-senang.


4 hari kemudian Naila datang kekelas ku dengan satu bab ringkasan novel, aku mengucapkan ucapan terimakasih padanya, lalu aku coba menawarkan diri mengantarkannya ke rumah sepulang sekolah. ya dugaan ku tidak meleset, dia pasti mau. Aku selalu begitu, mudah mendapatkan yang aku mau.

 Sepulang sekolah benar saja,Naila sudah menungguku didepan kelas. dia menggondol tas ranselnya dengan senyum mengembang di wajahnya. tubuhnya yg kurus itu terlihat lincah saat aku dan ia menuju parkiran tempat motor ku di parkirkan, cewek yg enerjik fikirku.
Kami melesat.. sepanjang perjalanan dia bercerita dan berterimakasih atas bantuan ku tentang pr kimianya, aku hanya bisa iya iya saja.

Hari demi hari berlalu, Nai selalu hampir setiap hari memberikanku coklat silverqueen, katanya sih balas budi atas aku yg udah rela kayak tukang ojeknya nganterin dia pulang sekolah. Aku udah terlalu enek dengan coklat yg selalu dia berikan itu, sampai-sampai setelah dia memberikan coklat, coklat itu aku berikan kepada teman-temanku saja + buket bunga kecil yg selalu ada disetiap dia memberikan coklat.

Aku mencoba memberanikan diri meminta nomor telepon selulernya, alih-alih buat nanyain perkembangan ringkasan novel gitu lah dan ya gak usah dipikir susah, benar saja dia pasti akan memberi nomor telepon selulernya. ya aku sudah bilang, aku selalu mudah mendapatkan yg aku mau.

setiap jam 8 malam, aku beranikan diri untuk meneleponnya, seraya aku berkata " Nai, jangan lupa ringkasan novel gua dan oiya lu jangan lupa makan buat jaga kesehatan kalo lu sakit ringkasan novel gua bisa telat ngumpulin, yaudah night yo" selalu itu yg aku katakan sampai dia hafal dan suka berbicara seperti itu duluan sebelum aku memulai percakapan di telepon. Lucu dan akhirnya kami saling tertawa. entah kenapa, berbicara dengannya begitu hangat dan nyaman.

waktu terus berjalan, aku masih dengan Nai. malah aku sudah berani menyatakan cinta padanya, aku sekarang sudah menjadi pacarnya. namun aku masih suka jalan dengan mantan ku yang terdahulu, ya buatku tak apalah asal gak ketahuan Nai. Seperti biasa, menjalani hubungan tidak setulus perasaan pasangan ku, tak apalah tuhan pasti mengerti pikirku,lalu aku tertawa sendiri, aku begitu brengsek.

pernah suatu hari Nai tau aku masih  berhubungan dengan mantanku, dia terus tersenyum dan berkata "hei kamu kalo bosen sama aku bilang dong ahaha, kan kita bisa jadi temen lagi kayak dulu gitu"
aku diam, aku bingung dengan ekspresi wajahnya, mengapa dia keliatan begitu senang? bukankah seharusnya dia menangis dan bilang aku jahat,brengsek,bajingan dan segala macam lalu pergi dan putus lalu pura-pura tidak kenal?
"aku gak bosen, aku sama dia temen, mantan gak harus jadi musuh kan? lagi aku gak ngapa-ngapain,cuma nemenin dia itu juga dia yg minta, kalo kamu gak percaya sih terserah" jawabku
"yaudah, tapi janji satu hal sama aku ya, kalo kamu udh gak sayang sama aku, tinggalin aku tanpa kabar, aku bakal tau kamu udh gak sayang sama aku, aku gak akan masalahin dan aku anggep semua kelar dengan baik-baik, oke?" tawarnya dengan senyum mengembang dipipinya
"kok kamu malah bgini? seneng aku jalan sama cewek lain? seneng kalo kamu digituin?" tanyaku curiga, kenapa justru gadis ini bgitu terlihat riang.
"karena aku gak bisa maksa, buat aku orang yg sayang sama aku akan tau gimana caranya memperlakukan aku, aku pulang duluann ya, kamu gak usah anterin aku, aku mau ke rumah temen aku ngerjain pr sekaligus nyelsein ringkasan novel kamu, udah ya sayang, Nai sayang Brian" ucapnya terakhir lalu bergegas meninggalkan ku sendiri di kelas sepulang sekolah, aku melihat dari kejauhan dasinya ia pegang untuk mengusap matanya "dia menangis" gumamku.

Sesudah kejadian itu, hubungan kami masih biasa saja berjalan baik.
ringkasan novel ku sudah sampe bab 5 dimana ceritanya sudah sampai kepada si tokoh cewek bernama Kate yg diam-diam sudah tidak tahan untuk mengungkapkan kepada sahabatnya yg bernama Geri atas perasaannya yg sudah lama ia pendam lama.
Halah, novel cengeng pikirku.

Tetap hampir setiap pagi hari aku dihadiahi kejutan-kejutan kecil oleh Nai.
aku dibuatkan nya sarapan yg ia antar kekelas ku bersama gantungan buket bunga kecil itu yg tak pernah tertinggal dalam setiap pemberiannya, atau coklat silverqueen.
aku suka malas akan memakannya, aku buang saja bekal buatannya ke tong sampah bersama buket bunga pemberiannya "buket bunga bginian bikin nyampah aja dirumah".

"Ini ringkasan Bab 6 selesai ya Brian, sisanya tunggu ya tinggal sedikit lagi selesai" katanya
aku mendehem dan mengiyakan saja, sembari mengisi waktu aku iseng bertanya padanya tentang buket bunga yg selalu ia berikan padaku maksudnya itu semua apa.
"ih.. coba kamu baca deh di ringkasan yg udah aku buat, buket bunga pagi itu bisa jadi simbol persahabatan yg hangat dan menyatu serta indah dan rasa sayang yg tersusun rapi,terkenang selamanya buat si Kate ke Geri''
"lebay" celetuk ku
Naila diam dan bungkam, tak lama dia melanjutkan "maaf ya, nanti deh aku berhenti ngasih itu kalo kamu risih"
"iya itu paham"
Naila tetap tersenyum, dan dia tetap bersikap seolah tidak ada apa-apa.

Keesokan paginya, aku bingung.
kemana Nai? tumben dia tidak datang kekelas walau cuma untuk mengucapkan selamat pagi?
aku mencoba tidak peduli, akhirnya aku bisa dan terhanyut bersama teman-temanku dikelas.

Setelah pulang sekolah aku coba mengirim pesan singkat kepada Nai, tapi tidak dibalas.
aku coba untu meneleponnya, juga tidak dijawab.
Ah bodo amat, aku akhirnya pulang sendiri tanpa pusing-pusing memikirkan Nai.

sudah dua hari Nai tidak memberiku kabar, dia tidak bisa kutemui dan kuketahui dimana.
aku mencoba bertanya pada sahabat dekatnya dikelas, dia bilang "maaf ka, aku juga gak tau Nai dimana" hufh... bodo amat lah dengan Nai, yaudahlah aku masih bisa seneng dengan mantan ku kan?.

hari ketiga dia menghubungi ku, dia menanyakan kabarku subuh sekali, aku masih agak terkantuk-kantuk menjawab teleponnya.
konsentrasi ku pun tidak sepenuhnya, sehingga aku menjawab sekedarnya saja.
sampai terakhir aku hanya mendengar sekilas dia bicara "jaga diri kamu, bandelnya jangan terus-terusan, aku sayang brian"
 yap, klik telepon terputus, aku tidur lagi tanpa perasaan khawatir sedikitpun pada Nai.

Hari demi hari lewat sudah, kabar Nai sudah terlalu jarang aku dapati, ya walaupun kita masih berstatus aku coba mencari yg lain, dan aku selalu mendapatkan apa yg aku mau dengan mudah. pacar keduaku cantik dan lebih berisi badannya, ya Nai gak bikin seneng, ya pacar keduaku lah yg bakal bkin aku seneng.

suatu hari sahabat Nai datang kekelas dan memberiku buket bunga kecil lagi beserta coklat.
dia bilang bahwa dia hanya mengantarkan apa yg Nai suruh. aku mendehem saja dan mencoba bertanya tentang Nai.
"Nai kemana sih emang?"
"Ada kok ka, kakak sebenernya sayang gak sih ama dia? kakak kok aku denger pacaran sama kak Rika ya? apa udah putus sama Nai?"
"Sayang, tapi kalo kelakuan dia kayak gini ya dia gak pantes di sayang terus"
"sebenernya dia gak pernah mau begini ka, dia selalu mikirin kakak disana"
"ih dia kemana sih? gak jelas, gak mau masuk sekolah, gak kangen gua, udah punya yg baru bilang"
"nanti ada waktunya kakak tau, udah ya ka ade balik ke kelas, kalo ada waktu hubungin dia lah ka, dia sebenernya ngarep kakak duluan yg ngehubungin dia juga" perintahnya.
 Aku bingung, memang sih aku ini terlalu cuek, kalo Nai gak hubungin aku duluan ya aku gak akan hubungin dia. Seakan aku gak butuh dia.

pada suatu hari aku bingung tentang ringkasan novel ku, guru bawel tak berhati itu sudah mulai bercuit cuit tentang hukumanku yg sebaiknya segera dikumpulkan, aku jujur bilang bahwa itu sedikit lagi selesai dan dia memandangi ku judes "hah, dimana ini Nai saat gua butuh"

Aku iseng menghubungi telepon selulernya "nomor yang anda tuju sedang berada diluar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi" begitulah jawabannya operator operator yg seperti memperolok aku yg sedang bingung mencari-cari Nai untuk menyelesaikan tugas meringkas novel ku.

Saat hari minggu, aku coba mendatangi rumahnya hanya untuk memastikan sebenarnya dia kemana. Tapi rumahnya kosong, aku tidak menemukan satu pun tanda kehidupan. Ah, kenapa aku semakin was-was? ada apa dengan Nai?

satu,dua,tiga hari sudah biasa tanpa kabarnya.. dan sampailah pada hari ke 30.
selama dia menghilang perlahan aku tak perduli dengannya lagi dan bersenang-senang dengan Rika.
tugas bahasa ku aku minta revisi waktu sementara aku meminta Rika yg mengerjakan sisanya beserta kesimpulannya.

Pada suatu hari aku dipanggil keruang guru, aku bingung.
Saat itu aku tak berbuat apapun yg bisa menjadi alasan aku dipanggil ke ruang dimana para otak-otak cerdas itu berkumpul.
wali kelas ku dan salah seorang laki-laki muda disampingnya melihatku ketika aku mulai berjalan menuju mereka, laki-laki itu wajahnya seperti mirip seseorang, tapi siapa pikirku. aku hanya bisa menerka-nerka.

Tak lama kemudian aku sampai di lobby sebuah rumah sakit besar, disini aku bingung kenapa aku bisa sampai disini disaat aku tadi masih disekolah dan bersikap tolol ketika wali kelas ku dan laki-laki itu berbicara menyuruh ku untuk ikut saja.
ya aku menurut, seribu satu pertanyaan merasuk otak ku.
maksud semua ini apa?

"ini kalo kamu mau ngeliat dia buat yg terakhir"
ucap laki-laki itu.
aku berdiri mematung di depan kamar jenazah.
aku coba kuatkan langkah kaki ku menghampirinya siapa sosok jasad dibalik kain putih itu
kusingkap kain penutup itu, aku tertegun melihat siapa yg ada dibalik itu
wanita yg selalu memberi ku buket bunga kecil
Naila ku.

Siang itu agak mendung
suasana duka tidak ada habisnya menyelimuti kediaman Naila
aku sedang terduduk sendiri di kamar Naila memegang lembaran kertas
lembaran kertas yg berisikan sisa ringkasan novel ku hingga selesai
"Kau tidak lagi mau menerima buket bunga dari ku wahai sahabatku? apa itu terlalu membosankan buatmu?" salah satu kalimat ringkasan dari isi novel itu terbaca olehku.
aku tertegun seorang diri dikamar Naila kecil ku.
Didindingnya tertulis namaku dalam serpihan serpihan kelopak bunga mawar plastik yg disusun sedemikian indahnya sehingga menyusun kata "BRIAN"
dan di meja belajarnya ada sebuah buket bunga mawar yg indah terdiri dari banyak macam warna mawar, aku takjub, Nai sungguh menyukai bunga mawar.

"itu buat mu brian, buket itu buatmu" tegur ka Rio kakak laki-laki Naila yg membawaku tadi.
"loh kakak tau dari mana?" seraya aku bertanya
"Coba lihat sela-sela buket bunga itu ada sebuah kertas, kamu baca aja"
tak menunggu waktu lama aku buka kertas itu
sebuah tulisan dari Naila..
Untuk Brian
aku merasa brian tidak terlalu menyayangiku
aku berusaha terus mempertahankan dia
mencoba menyemangatinya dengan buket kecil bungaku
aku harap dia senang melihat rangkaiannya yg tiap malam kubuat sendiri
sebenarnya aku ingin memberikan ini
tapi aku rasa dia tidak terlalu suka akan buket bunga
lebih baik mungkin aku simpan saja kamu
aku rawat seperti aku merawat perasaan aku ke brian
semoga brian bisa setulus aku menyayanginya

tertegun aku diam membisu

"dia selama dirumah sakit menulis ringkasan novel itu, dia bukannya gak mau memberitahu kamu. Dia gak mau kamu sedih brian, katanya kamu mau ujian penting"
aku diam, bergerak pun aku sudah tak mampu.
mendung..


Untuk sang mawar
aku sudah menjual hatiku kepadanya 
menutup rapat hatiku pada lainnya
aku menumbuhkan duri disekeliling hati ini untuk lainnya
agar aku ingin hanya bisa mencintai dia selamanya

dan untuk sang mawar
aku telah habiskan malamku membuatkan buket bunga ini
ia menyukai mawar
dia lelaki tapi dia menyukai apapun yg aku buat untuknya
aku menyayanginya

sang mawar
salahku hingga tuhan mengambilnya kah?
apa karena aku terlalu sering menghadiahinya buket bunga mawar berduri di pagi hari?
dia menjadi terluka karena duri yg aku berikan
namun selalu ia terima?

untuk sang mawar
Biarkan buket bunga pagi ini menghiasi nisannya tiap detik ini
walau lewat sudah 40 tahun ku membuatkan buket bunga ini khusus untuknya.
mungkin terlambat buatku mencari penggantinya
aku hanya ingin membuat kan mu buket bunga pagi ini
agar setidaknya aku masih merasakan hangat mu disini
seperti dulu tiap pagi kau terima buket ini
dan tersenyum memandangku.


Menangis...
baru kali ini aku menangis tentang kehilangan.
kenapa aku baru mengerti arti pentingnya kamu disaat kamu tidak akan lagi membuatkan ku buket bunga imut itu
tidak akan lagi memberi senyum dan pengertian mu walau aku menyakitimu
tidak akan lagi berkata "aku menyayangimu"
kini aku hanya mau bekal makanan mu dan senyummu itu saja.
tolong hadir dan berikan aku buket bunga yg menyebalkan itu lagi.
aku merindukannya.



Setahun sudah berlalu.
Naila tetap lah Nai ku.
dia belum bisa terlalu mudah kuhapus dari ingatanku layaknya wanita-wanita lain.
sampai saat ini aku melajang, sejak saat itu aku meninggalkan Rika.
aku kini telah kuliah namun aku juga bekerja sambilan
Aku bekerja di florist
aku mulai belajar merangkai bunga dan merawat tanaman
disaat ada anak kecil datang melihat hasil buket bunga ku dan mendecak kagum
aku selalu teringat tentang kita Nai.
apa kau bisa melihat sekarang aku sudah bisa membingkaikan bunga untuk pernikahan orang lain?
yg seringkali membuatku teringat tentang kita.
apa kau bisa melihat aku sudah bisa membuat buket buang yg sedap dipandang mata?
dan selalu aku taruh diatas nisanmu disaat aku selalu merindukanmu
wanita buket bunga pagiku.

Seperti ruang kosong

aku seperti sendiri
merasa selalu sendiri ketika bayangnya menghantui
aku merasa sepi
disaat wajah baru hadir mewarnai

dirimu begitu lincah
lincah menjentikkan jari lentik itu diatas papan alphabet
untuk membuat sebuah kata terindah
atau sebuah kalimat tersusun saja
merangkai kata
menjahit kalimat

untuk seluruh dunia
bukan khusus untuk ku.
atau terselip kata "yang tercinta" aku tak pernah mengharap.

angan angan meregas
bagai kertas hangus tak berampas
terduduk bokong ini
bukan tak sanggup berdiri
hanya merasa sedang seorang diri
diriku yg terlupa

untuk kejam nya cinta
untuk seluruh kesakitan
demi sebuah ketulusan
demi serangkai perjalanan

tersenyum aku berteriak
ketika ku lihat air beriak riak
berenang bebas mengalir
aku tak pernah berfikir

seperti ruang kosong
berteriak pun hanya tetap diam
menangis darah pun hanya akan menetes bebas
menggulung hanya tetap akan kesakitan
menjatuhkan diri hanya akan tetap berdarah

seperti ruang kosong
aku berbicara pada ruang kosong
yg sampai kapanpun aku berbicara
dari terbitnya matahari hingga senja menyambut
itu tetap tiada arti

demi sebuah ruang kosong
hanya untuk ruang kosong

Goodbye Happiness

Kau dan aku
tidak ditakdirkan untuk berada dalam satu kisah yang indah
percaya atau tidak, begitulah kenyataannya.
Jangan menyangkalnya karena akan sia-sia.
sama seperti berjalan diatas pecahan kaca.
Setiap langkah kita sesungguhnya hanya akan menuai luka.

Kau dan aku
seperti tengah mencoba untuk membirukan senja yg selalu merah.
Kita sama-sama berusaha, tetapi tidak bisa mengubah apa-apa.
Senja tetap berwarna merah dan hatiku masih saja berkata tidak.
Maka, berhenti dan renungkan ini semua sejenak.
Tidak ada gunanya memaksa.
ini hanya akan membuatmu tersiksa dan aku menderita.

Kau dan aku
Lantas, kenapa tidak menyerah saja?
Bukankah sejak awal semuanya sudah jelas?
Akhir bahagia itu bukan milik kita.